Siapa pemilik kota Medan ?
SAYA dibawa berjalan di Kota Medan. Antara tempat-tempat yang saya tak minat dibawa melawat tapi dibawa juga, ialah melihat monument Guru Patimpus.
“Siapa Guru Patimpus itu?” Saya tanya.
“Beliau adalah pembuka kota Medan ini!” Jawab teman saya itu.
Bila dlihat dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas..
‘Kota Medan berkembang dari sebuah kampung bernama Kampung Medan Putri, yang didirikan oleh Guru Patimpus sekitar tahun 1590an. Guru Patimpus adalah seorang putera Batak Karo bermarga Sembiring Pelawi dan beristerikan seorang puteri Datuk Pulo Brayan. Dalam bahasa Batak Karo, kata ‘Guru’ bererti ‘Tabib’ ataupun ‘Orang Pintar’, kemudian kata ‘Pa’ merupakan sebutan untuk seorang Bapak berdasarkan sifat atau keadaan seseorang, sedangkan kata ‘Timpus’ bererti bundelan, bungkus, atau balut. Dengan demikian, maka nama Guru Patimpus bermakna sebagai seorang Tabib yang memiliki kebiasaan membungkus sesuatu dalam kain yang diselempangkan di badan untuk membawa barang bawaannya. Hal ini dapat diperhatikan pada Monumen Guru Patimpus yang didirikan di sekitar Balai Kota Medan.’
Baca selebihnya »
Medan bukan Batak
Posted in Medan Bukan Batak with tags Bahasa Medan, Batak, Deli, Karo, Medan, Medan Bukan Batak, Sejarah Medan on 3 Oktober 2008 by bengbeng Byul_byul: Mdn ?maksudnya Medan atau Madiun?May_airinn: Medan
Byul_byul: Horas bah !!
May_airinn: Sory aq bukan orang batak
Byul_byul: Loh?? Bukannya salam dari Medan Horas ???
May_airinn: Ga, itu salam khas batak
Byul_byul: Maksudnya????
******
Percakapan sejenis seringkali (almost all the time) terjadi saat aq mengucapkan Medan sebagai my location. Capee dee. Mungkin ini udah jadi pandangan umum kebanyakan masyarakat Indonesia tentang Medan, kalau Medan itu identik dengan Batak. Padahal anggapan itu kurang tepat.
Medan, ibukota Sumatera Utara berdasar sejarah didiami oleh suku Melayu (dikenal sebagai Melayu Deli) saat ini adalah kota heterogen, kompleks dan majemuk. Sementara Batak sendiri sebenarnya sebuah sebutan yang diperkenalkan oleh peneliti dari Eropa (bukan muncul dari masyarakat batak itu sendiri) yang mengacu pada suku-suku yang mendiami sebelah utara Sumatera Utara. Sooo.. Medan bukan Batak !!
Ada banyak suku asli yang mendiami Sumatera Utara, Melayu yang mendiami daerah pesisir Sumatera, Batak (berdasarkan filolog Yusrah terdiri atas: Toba, Simalungun, Karo, Dairi) yang mendiami bagian pegunungan sebelah utara Sumatera dan Mandailing (mencakup Tapanuli Tengah dan Selatan) mendiami bagian selatan Sumatera. Ditambah lagi perbauran etnis lain seperti: Arab, China, Tamil dan juga suku lain di Nusantara seperti Jawa, Padang, Aceh, dll ikut nimbrung, campur aduk di sebuah tempat yang bernama Medan. Jadi alangkah ga adilnya, kalau menghomogenkan Medan menjadi satu identitas bernama batak.
Jangan salah persepsi aq bukan anti dengan suku Batak (keluarga besar kami sendiri merepresentasikan keadaan Medan, campur baur segala suku termasuk Batak) cuma kadang jengkel aja dengan pandangan masyarakat Indonesia tentang Medan= Batak itu. Terutama dengan logat Batak yang disosialisasikan di televisi. Wuihh, bikin telinga gatal. U know what? Kalau liat adegan itu kami cuma bisa mesem-mesem, kenyataannya disini (Medan) orang yang ngomong dengan logat sok kebatak-batakan itu adalah orang yang baru datang dari kampung. Logat Medan yang sebenarnya itu campuran antara Melayu pesisir, Batak, Jawa dan Chinese, hasilnya??An example :
Macam mana pulak jadinya ni? Ya udahlah dame aja lah kita, lagipula bukannya parah kali. Oke kawan.. (Jadi gimana ini? Ya sudah kita berdamai saja, kejadiannya kan tidak terlalu parah. Oke kawan).
Ah, tak mau aku, enak-enak kau aja, gak kau tengok ni,rusak keretaku kau bikin. Gak mau tau aku, kau ganti tu ( Ah, aku ga mau, enak aja, lihat motorku rusak gara-gara kau. Aku ga mau tahu, ganti rugi).
Kedengarannya kasar?? Yah mungkin saja. Tapi itulah Medan, blak-blakan dan to the point. Walau sebenarnya ini adalah dialog yang hanya umum didapati di pasar-pasar terdekat. wkakak (dipaksain).
Well, aq ga bahas ini secara mendalam karena aku ga punya kapasitas untuk itu takutnya malah jadi bias. Aq cuma berharap Medan dikenal dengan Medan yang heterogen dan bukan Medan yang batak. Jadi kalau ada kejadian serupa seperti diatas, pertanyaannya akan menjadi :
Byul_byul: Mdn ?maksudnya Medan atau Madiun?
May_airinn: Medan
Byul_byul: Asli Medan?suku apa?
May_airinn: Yup, Melayu
Byul_byul: Oo
Kebenaran parsial (kebenaran yang tak utuh) jauh lebih berbahaya dari kesalahan total. Samuel P Huntington, sosiolog